Pages

Monday, June 29, 2020

Penjelasan Mengapa Juventus Sangat Ingin Menukar Pjanić dengan Arthur


Beberapa sumber di Italia melaporkan bahwa Juventus melakukan tes medis untuk Miralem Pjanić dan pemain Barcelona Arthur Melo pada Minggu sebagai bagian dari pertukaran di mana si pemain Bosnia akan pindah ke Camp Nou dan si pemain Brazil berusia 23 tahun akan tiba di Turin untuk musim 2020/21.

Pjanić telah menjadi bagian integral dari skuat juara Juventus sejak dia tiba dari AS Roma pada musim 2016/17, namun dengan kedatangan pelatih baru Maurizio Sarri pada awal musim ini, performanya menurun cukup signifikan.

Melihat sejarah Sarri saat melatih Napoli dan Chelsea, terungkap bahwa sistem yang dia agungkan bergantung pada seorang gelandang pivotal, seorang regista yang mendikte ritme permainan, sering menerima bola dan melakukan umpan-umpan akurat untuk meningkatkan alur pergerakan.

Pemain ini adalah Jorginho, yang membuat rataan 96,7 umpan/laga dengan akurasi 90,3% selama 3 musim di Napoli, kontribusinya vital dalam memastikan Napoli mencatatkan rekor klub untuk total poin dalam 3 musim tersebut.

Awalnya dikira bahwa Pjanić, salah satu gelandang yang sangat dihormati di liga, akan dengan mudah mengisi peran tersebut, tapi si pemain 30 tahun secara mengejutkan tak mampu beradaptasi dengan transisi dari Max Allegri ke Sarri.

Sebagai tim, Juventus menunjukkan tanda-tanda beradaptasi dengan gaya main Sarri, bergerak dari urutan keempat soal jumlah umpan tertinggi di liga pada musim 2018/19 (akurasi 86,2% dari 54,9 percobaan) ke posisi terbaik di Serie A musim ini dengan akurasi 89,9% dari 57,1 percobaan.

Namun Pjanić tak bisa berkembang, dia punya akurasi 92,1% dari 62,5 umpan di liga pada musim lalu dan musim ini hampir tidak ada peningkatan dengan akurasi 92,1% dari 61,5 umpan.

Bisa didebat bahwa ini adalah kesalahan dalam sistem, bahwa pemain lain gagal menemukan Pjanić, atau bahwa Sarri gagal pasang si gelandang di posisi yang tepat. Namun coba lihat 2 laga di mana Rodrigo Bentancur mewakili Pjanić dalam peran "Jorginho" terungkap hasil spektakuler, walaupun yang dilawan adalah tim yang lebih lemah seperti Brescia dan Udinese.

Dalam laga tersebut si pemain Uruguay membuat masing-masing 113 dan 119 umpan dengan rataan akurasi 92,7%. Ini pastinya memberikan indikasi bahwa ketidakmampuan beradaptasi pada peran berasal dari Pjanić–walaupun dia masih tetap pemain bertalenta–dan bukannya kesalahan dalam penyusunan formasi.

Apakah rumor soal cekcok antara Sarri dan Pjanić di lapangan latihan benar atau tidak, jelas bahwa melepas pemain yang dulu sempat diandalkan pada titik ini memang masuk akal, dan juga menandakan bahwa klub berniat untuk mempertahankan pelatihnya.

Secara faktor finansial juga masuk akal. Di atas kertas, Barcelona disebut membayar €70 juta untuk Pjanić, sementara Arthur yang lebih muda berharga €80 juta, dengan kata lain tukar tambah €10 juta dari pihak Juve. Namun, secara peraturan FFP itu berarti kedua klub dapat melaporkan profit €60 juta di buku neraca mereka, oleh karena nilai amortisasi pemain.

Barça membayar €30 juta untuk Arthur pada 2018 untuk kontrak 6 tahun, artinya nilai dia menyusut €5 juta per tahun. Oleh karena itu, dia kini bernilai €20 juta secara akuntansi, artinya penjualan setara €80 juta akan memberi keuntungan €60 juta bagi kubu Katalan.

Sama halnya dengan Pjanić yang tiba di Turin dari Roma untuk €35 juta pada Juli 2016 dengan kontrak 5 tahun, artinya nilainya menyusut €7 juta per tahun, menyisakan €21 juta di neraca setelah 2 tahun di mana dia memperpanjang kontrak bersama klub untuk 5 tahun lagi. Sisa €21 juta tadi dibagi 5 sehingga nilai amortisasi dia menjadi €4,2 juta per tahun, dan saat ini nilainya tinggal €13 juta dalam neraca Juve. Sehingga penjualan €70 juta menghasilkan keuntungan €57 juta bagi Si Nyonya Tua.

Menimbang faktor ketidaksesuaian Pjanić dalam gaya main Sarri dan profit potensial yang dapat diraih atas penjualannya berdasarkan peraturan FFP, pertukaran dengan Arthur sangat masuk akal. Dengan seorang pemain baru dalam posisi regista pivotal, Juventus tampaknya akan mampu mengeluarkan gaya sepak bola indah yang tak diragukan lagi merupakan alasan Juve mendatangkan Sarri demi mencapai hal tersebut.

Tulisan ini merupakan terjemahan dari artikel yang ditulis Chloe Beresford untuk Forbes.

No comments:

Post a Comment